Kurang lebih 1 tahun telah berlalu sejak pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia. Kehidupan sehari-hari di beberapa negara telah kembali normal, tetapi banyak negara yang masih mengalami krisis. Jepang adalah salah satu dari beberapa negara tersebut, yang mengumumkan status darurat setiap kali angka pasien COVID-19 naik drastis. Selama status darurat, penduduk Jepang disarankan untuk pulang sebelum jam 20:00 dan para pegawai perusahaan disarankan untuk melakukan "work from home (wfh)", atau kerja dari rumah. Kami memutuskan untuk mengambil foto pemandangan malam Tokyo selama status darurat, di mana banyak tempat wisata populer yang biasanya ramai 24 jam menjadi sepi dan kosong selama masa darurat ini. Masa darurat ini adalah masa yang tepat bagi kalian yang mau berburu foto pemandangan Jepang, karena kalian tidak perlu berdesak-desakan seperti biasanya. Mari kita lihat betapa bedanya Tokyo di malam hari selama masa darurat ini!
Kuil Sensoji, Asakusa
Ketika datang ke Jepang untuk pertama kalinya, kalian pasti akan mengunjungi Kuil Sensoji yang ada di Asakusa. Hampir setiap turis mengunjungi Jepang untuk melihat kuil indah ini. Stasiun Asakusa biasanya sangat ramai, tetapi di foto ini kalian bisa melihat betapa kosongnya stasiun ini, hampir tidak bisa dikenali.
Siapa sangka Stasiun Asakusa bisa sesepi ini di jam 21:30. Lebih sedikit orang pergi ke kantor, sehinnga lebih sedikit juga orang yang pulang kantor naik kereta selama masa darurat ini.
Kami berjalan menuju Kuil Sensoji, dan seperti yang kalian lihat, hampir tidak ada orang di Asakusa. Waktu yang tepat untuk mengambil foto cantik tanpa perlu takut terganggu turis lain yang melakukan photobombing.
Kaminarimon adalah spot iconic di mana semua orang mau mengambil foto, dan selama masa darurat ini, hanya penduduk lokal dan anak muda yang datang ke area ini.
Toko dan restoran diharapkan tutup jam 20:00 selama masa darurat ini.
Meskipun banyak toko dan restoran di Jepang yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, tidak sedikit pertokoan dan restoran yang bangkrut dan berhenti beroperasi selama pandemi ini.
Tokyo dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, di mana jalanan dipenuhi oleh kendaraan dan orang.
Walaupun lampu di gerbang Kaminarimon dipadamkan, cahaya dari lampu pertokoan cukup untuk mengambil foto lentera besar tersebut.
Status darurat di Jepang merupakan bentuk kerjasama, dan peraturan status darurat yang diterapkan mulai dari bulan Mei 2021 ini adalah untuk tidak keluar rumah setelah jam 20:00, pertokoan dan restoan tutup di jam 20:00, dan larangan penjualan alkohol. Para penduduk Tokyo tampaknya bekerja sama mematuhi peraturan status darurat ini.
Selain itu, banyak pertokoan dan restoran yang bekerja sama untuk mematuhi peraturan dan larangan selama masa status darurat ini.
Kuil Sensoji tanpa keramaian terlihat sangat sepi.
Stasiun Tokyo
Selanjutnya kami mengunjungi Stasiun Tokyo, yang merupakan stasiun terbesar di Jepang yang menghubungkan berbagai jaringan kereta, termasu kereta peluru shinkansen. Stasiun yang selalu dipenuhi banyak orang ini, mulai dari pagi hari hingga tengah malam, menjadi sepi selama masa darurat ini.
Ini adalah pintu keluar Marunouchi yang ada di Stasiun Tokyo, dan seperti yang kalian lihat, hampir tidak ada orang di jam 23:15!
KITTE yang ada di sebelah Stasiun Tokyo dipenuhi oleh banyak restoran, tetapi seperti yang kalian lihat di foto ini, tidak ada pengunjung di dalam KITTE.
Selama masa status darurat di tahun 2021, salah satu perintah khusus dari pemerintah Tokyo ke pertokoan dan restoran adalah untuk memadamkan lampu mereka setelah jam 20:00, supaya penduduk kota Tokyo tidak terbujuk untuk keluar malam setelah jam 20:00.
Kebanyakan fasilitas hanya menyalakan lampu yang ada di pintu masuk mereka.
Tokyo harus menyelenggarakan Olimpiade di bulan Juli, yang hanya 2 bulan saja setelah bulan Mei, dan persiapan untuk acara ini telah dilaksanakan sejak 5 tahun lalu. Walaupun Tokyo sepertinya tidak siap untuk menyelenggarakan Olimpiade dan menampung turis, tampaknya Tokyo tidak memiliki banyak pilihan saat ini.
Gedung Stasiun Tokyo tidak terlihat megah tanpa lampunya, dan kita hanya bisa sabar hingga semuanya kembali normal.
Ueno
Stasiun Ueno, yang memiliki akses ke beberapa museum, kebun binatang, dan taman, menjadi salah satu stasiun terfavorit di antara para turis asing. Kami mengunjungi stasiun tersebut di jam 20:00, dan seperti yang kalian lhat di foto ini, hanya ada sedikit orang di area tersebut. Cukup menakutkan!
Selalu ramai, saat ini hanya sedikit orang yang menggunakan stasiun ini untuk pulang kerja.
Bahkan lorong dan koridor di stasiun itu juga kosong.
Ada beberapa orang di depan pintu masuk stasiun tersebut, tetapi dibandingkan sebelum pandemi, jumlah pengunjung stasiun tersebut jauh lebih sedikit.
Persimpangan jalan menuju Ameyoko dan Taman Ueno biasanya dipenuhi oleh banyak orang, tetapi persimpangan ini hanya dipenuhi dengan taksi yang menunggu.
Mau tak mau semua orang putus asa melihat pemandangan sepi ini.
Shibuya
Destinasi berikutnya adalah Stasiun Shibuya, di mana patung Hachiko ada. Terkenal sebagai pusat fashion, Shibuya adalah tempat anak muda Jepang nongkrong. Dibandingkan area lainnya, Shibuya lebih dipenuhi oleh kerumunan orang. Karena kebanyakan restoran berhenti menghidangkan alkohol, banyak orang duduk di jalanan sambil minum dengan teman-temannya. Selain itu, ada banyak protes anti masker di area ini.
Kami mengunjungi area ini sebelum tengah malam, dan banyak anak muda meninggalkan Shibuya untuk pulang ke rumah mereka.
Di perempatan scramble yang terkenal, plang neon dan plang billboard dimatikan setelah jam 20:00 selama masa darurat ini. Shibuya menjadi lebih gelap dibandingkan seperti biasanya.
Pengunjung Shibuya rata-rata adalah remaja, atau orang dewasa di usia 20 tahunan hingga 30 tahunan, dan walaupun banyak penelitian yang menyatakan bahwa anak muda tidak gampang terjangkit COVID-19. Setahun telah berlalu semenjak pandemi ini melanda Jepang dan negara lainnya, dan walaupun anak muda lebih kebal dibandingkan orang tua, mereka takut untuk terjangkit COVID-19 karena ada banyak varian virus baru di Jepang.
Patung Hachiko, di mana biasanya orang mengantri untuk foto, sekarang kosong.
Bagi kalian yang pernah mengunjungi Shibuya, atau pernah melihat foto dan video perempatan scramble (Scramble Crossing), kalian pastinya tidak akan percaya betapa kosongnya perempatan tersebut sekarang. Tanpa plang neon dan lampu gedung menerangi area ini, perempatan ini terlihat sangat berbeda.
Walaupun pemerintah Jepang sedang mencoba mempercepat proses vaksinasi, masih ada banyak penduduk Jepang yang masih belum divaksinasi, sehingga masa darurat ini akan berlangsung lebih lama lagi.
Mudah-mudahan Tokyo akan kembali normal secepatnya!
Download aplikasi kami dan dapatkan diskon di toko terpopuler di Jepang! iOS Android Beritahukan kami apabila artikel ini perlu diperbaiki Form laporan & masukan